Wednesday, May 31, 2017

Aku Menangis Karena Kesalahanku Sendiri

Aku Menangis Karena Kesalahanku Sendiri

Aku tinggal di sebuah kampung yang sudah cukup berkembang di jaman sekarang ini. Sudah umum memiliki HP, Sepeda motor, dan barang elektronik lainnya. Dan pendidikanpun tak kalah jauh dengan daerah-daerah lain. Aku dilahirkan dari keluarga yang cukup berada segala fasilitas di sediakan untukku oleh orang tua ku. Waktu aku kecil aku punya tetangga yang seumuran denganku dia bernama Ani. Dia anak yang baik, ramah dan suka menolong. Dan kami pun bersahabat. Tapi mulai memasuki Remaja aku mulai iri dengannya. Dia anak yang cukup pintar di sekolah dan teman-teman lebih suka bermain dengannya dibandingkan denganku. Sehingga dia punya banyak teman dan sepertinya dia sangat bahagia dengan kehidupannya meskipun dia dilahirkan dengan keadaan yang berbeda denganku, dia anak orang yang kurang mampu.
Aku Menangis Karena Kesalahanku Sendiri
Melihat kelemahannya itu sebagai anak orang kurang mampu aku sering mencacinya, aku sering mengejeknya, dan aku sering menfitnahnya. Tapi anehnya dia tetep baik sama aku. Meskipun hal itu sering aku lakukan. Apalagi pas masuk SMA, aku dan mamiku selalu mengejeknya dan selalu ngomonginnya dengan tetangga bahwa apa mampu Ani sekolah di sekolah yang terbilang Elit itu? Paling tidak samapai Lulus, dengan kesombongan aku mamiku dan tetangga juga mulai mengejek ani. Mungkin saat itu keluarga ani sangat sedih karena kelakuan ku dan mamiku yang sering membulinya. Tapi Ani cuek dengan segala apa yang dilakukan ku beserta mamiku terhadapnya malah dia selalu tersenyum saat berpapasan dengnku atau mamiku. Dan Saat itu Ani pulang dengan rasa sangat bahagia karena dia telah lulus dan mendapat nilai yang paling bagus dari sekolahnya, dan hebatnya lagi dia bisa melanjutkan kuliah dengan beasiswa yang akan menanggung dia selama kuliah. Melihat itu aku pun semakin benci sama dia, aku semakin iri dengannya, dan aku semakin ingin membuatnya menderita. Pada saat itu aku kuliah dimana Ani juga kuliah, tak henti-hentinya aku terus membulinya, tapi ya itu Ani tetap tersenyum dan baik sama aku. Dan Suatu saat ada cowok yang ingin mendekati Ani, melihat itu semua aku langsung bertindak karena cowok itu sudah aku taksir dari awal masuk kuliah. Semua aku lakukan demi mendekati si cowok itu termasuk menfitnah Ani, aku bilang aja kalau Ani itu petebut pacar orang, dia sudah merebut pacarku yang dimaksud ya cowok itu tadi. Mendengar hal itu Ani langsung dibuli oleh teman-temannya dan mungkin hal itu snagat menyakiti Ani, Ani pun menangis. Melihat Ani menangis Cowok idamanku datang menghampiri Ani, dan dia berjanji akan meluruskan kesalah pahaman ini. Dan Akhirnya Cowok itu berbicara pada semua teman kampusnya bahwa Ani tidak merebut pacar orang, Dan cowok itu mengakui bahwa yang dia sukai itu Ani bukan aku. Mendengar penjelasan cowok itu teman-temanku jadi berbalik membuliku aku sangat malu dengan kejadian itu, tapi Ani menghampiriku dengan ramah dia ingin menolongku tapi aku malah mendorongnya. Dan Pada Akhirnya kami pun lulus. Ani menjadi mahasiswa paling pintar saat itu, dan dia langsung diajak kerjasama dengan suatu perusahaan yang bekerjasama juga dengan tempat kuliahnya itu. Wah aku pun semakin marah dengannya, aku pulang dengan menangis keras hingga mamiku ikut membenci ani. Haripun berlalu, Ani semakin bahagia dia mempunyai pekerjaan yang baik dan punya banyak pula teman. Hingga Ani dapat membeli mobil dan memperbaiki rumah, melihat itu mamiku langsung ketetangga dan memberitakan bahwa ani itu melacur sehingga dapat banyak uang lihat saja nanti dia akan hamil diluar nikah dan keluarganya semakin malu dengannya. Tetanggapun ikut terpengaruh dengan mamiku, tapi apa yang terjadi beberapa bulan kemudian bukannya Ani yang hamil diluar nikah, tapi malah aku yang hamil diluar nikah. Mamiku marah denganku karena cowok yang menghamiliki cowo yang gak punya pekerjaan tapi apa daya dia yang harus bertanggungjawab atas kehamilanku. Hidupku semakin suram, usaha orang tuaku semakin bangkrut. Dan suamiku tak mau bekerja dia hanya suka berjudi dan memfoyakan uang, dan akhirnya akupun hidup susah, kekurangan semakin menyelimutiku, penderitaan selalu ada dihidupku karena rumahpun terjual karena hutang orang tuaku. Suamiku terus memarahiku karena aku tak punya uang lagi untuknya dan suamiku meninggalkanku beserta anakku. Tiap hari aku menagis meratapi hidupku hingga suatu hari ani pun pulang kerumahnya dengan diantar seorang cowok yang akan melamarnya. Melihat keadaan ku yang sangat menderita ini, ani dengan ramahnya menolongku Ani dengan baiknya memberi pekerjaan untukku hingga aku bisa mencukupi kehidupanku dan anakku. Merasakan betapa baiknya ani, aku pun sadar bahwa apa yang terjadi di dalam hidupku ini itu adalah kesalahannku, aku menderita itu juga karena kesalahanku dulu yang selalu menyakiti Ani, sahabatku. Aku pun meminta maaf padanya dan sekarang aku punya hubungan baik dengannya.

Nah sahabat, apa yang terjadi dikehidupan selanjutnya kita tak pernah tau, kehidupan seperti roda yang dapat berputar dimana adakalanya di atas dan adakalanya dibawah, Jangan sombong terhadap apapun juga yang ada dikehidupanmu saat ini karena itu dapat hilang sekejab saja. Tapi kebaikanlah yang akan menolongmu dikemudian hari, Jika kamu berbuat baik kepada siapapun juga begitu nanti siapapun juga akan berbuat baik kepadamu.


EmoticonEmoticon